Sabtu, 23 Januari 2016

BulletinPendidikan

Dunia Pendidikan Butuh Keadilan
Pendidikan di Indonesia haruslah memiliki pendidikan yang mandiri “Pendidikan yang memiliki Kurikulum yang tetap” kurikulum di Indonesia setiap pergantian Menteri pendidikan berganti pula kurikulum. Menurut pandangan saya kurikulum yang ada di Indonesia seharusnya tidak usah diubah-ubah.

Seharusnya dikembangkan saja kurikulumnya, jika di sekarang yang digunakan KTSP maka apa yang ada kurang di KTSP di kembangkan saja, KTSP di Indonesia sebenarnya sudah matang dan sudah lama digunakan dan KTSP banyak keberhasilan yang dialami oleh seluruh sekolah di Indonesia.

Begitu pemerintah merubah kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 maka apa yang tejadi, yang terjadi adalah guru bingung dan siswa pun tidak siap bisa juga dikatakan bahwa guru dan siswa di paksa untuk maju, kalau pendidikan di paksakan maka yang terjadi pendidikan akan gagal.
Di era globalisasi ini seharusnya pemerintah mencanangkan pendidikan untuk guru, dimana guru dilatih, dibina dan dibimbing dalam sistem pendidikan profesi guru. Bahkan dengan adanya KKG yang telah dibentuk oleh semua kabupaten dengan KKG inilah guru bersama-sama membahas program pendidikan yang lebih baik sesuai tuntutan zaman. Dengan mengembangkan karakter guru yang lebih profesional maka pendidikan di Indonesia akan berhasil, dengan mengembangkan sistem kurikulum yang sudah ada bukan dengan membuat kurikulum baru.

Pemerintah pun harus jeli memperhatikan nasib guru PNS/Non PNS dan sekolah yang mengalami kekurangan guru bahkan kekurangan sarana prasarana pendidikan yang bertujuan membantu kesuksesan pendidikan nasional. Jika pemerintah memperhatikan nasib guru dengan adil serta jujur serta adanya keterbukaan maka secara otomatis guru akan melaksanakan tugas tanpa mereka memikirkan nasib mereka serta tidak adanya beban di pikiran para guru yang memikirkan nasib mereka.

Pemerintah pun juga harus mau mendengarkan keluhan para guru dan segera mencari solusi yang terbaik dan diberi kemudahan bagi para guru, jika semua di berikan kepada guru kemudahan maka guru tidak akan bersungut kepada pemerintah dan guru akan terus berkarir mensukseskan pendidikan nasional.

Guru dan sekolah yang berada di daerah terpencil pun harus di perlakukan adil, sebagaimana saat ini sekolah-sekolah yang ada di daerah terpencil tidak mendapatkan jumlah guru dan sarana prasarana yang sama dengan sekolah-sekolah yang ada di kota, dengan adanya hal ini bagaimana mungkin pendidikan nasional bisa sukses. Jika semua sekolah dan guru di berlakukan adil maka betapa suksesnya pendidikan nasional di Indonesia.

Cerita Ketidakadilan
Ada seorang guru PNS yang bertugas di pulau sejak terbitnya Tunjangan Daerah Khusus tahun 2012 guru tersebut hanya menelan ludah melihat teman-teman gurunya yang lain menikmati Tunjangan Daerah Khusus tersebut, informasinya guru tersebut belum memiliki NUPTK tidak memiliki NUPTK akibat adanya Surat menteri pendidikan yang melarang penerbitan NUPTK saat itu sehingga guru tersebut hanya menunggu adanya pemberian NUPTK.
Begitu di tahun 2013 BPSDMPK-PMP Kemdikbud memberikan layanan pendaftaran dan pendataan NUPTK maka guru tersebut mendaftar dan terbitlah NUPTK, dan guru tersebut ditunjuk sebagai Operator Sekolah sejak dia di tempatkan di pulau, sambil mengajar sambil ia mengolah data sekolah, guru dan siswa hingga saat ini ia pun belum mendapatkan Tunjangan Daerah Khusus akibat pula NUPTK yang di terbitkan oleh BPSDMPK-PMP tidak diakui olek P2TK dikdas.

Guru tersebut terasa putus asah dia sempat iri hati kepada teman-teman gurunya, bahkan ia pun meluangkan waktu untuk mengurus kekurangan yang ada di sekolah tersebut, bahkan ia pun tidak di beri honor Operator Sekolah, ataupun diberi istilah uang capek oleh guru-guru yang terbit tunjangan sertifikasi, dan tunjangan daerah khusus.
Guru tersebut saat ini sedang ingin pindah dari sekolah yang di pulau tersebut bahkan dari pihak dinas pendidikan menolak ajuannya dengan alasan takutnya sekolah itu tidak ada yang mengurus datanya lagi dan sekolah itu butuh guru. Dengan alasan itu dari dinas maka ajuannya di tolak. Bahkan guru ini berkata “untuk apa saya bertahan di sekolah tersebut jika hanya ada iri hati di dalam dirinya” karena melihat guru-guru yang lain di sekolahnya selalu mendapatkan berbagai tunjangan sedang ia hanya menikmati gajinya. Bahkan guru ini harus menyewa perahu untuk bertugas tiap hari ke pulau tempat tugasnya, dengan gaji to.

Ia membayar uang sewa perahu tiap bulannya dengan gaijnya sendiri dan belum lagi biaya rumah tangganya. Ia setia mendidik anak-anak muridnya dengan senang hati walau pun harus menyeberang laut, baik laut dalam keadaan baik atau buruk ia setia melayani siswanya, tetapi ketidak adailan telah terjadi padanya. Ia sering mengeluarkan air matanya jika teman-teman gurunya sedang bersenda gurau menikmati berbagai tunjangan yang diterima tetapi teman-teman gurunya tidak menyadari bahwa yang berjasa adalah guru yang sekaligus menjadi Operator di sekolah mereka.

Dari cerita di atas apakah akan ada perhatian khusus dari Pemerintah Daerah / Pemerintah Pusat dalam dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan?
(SekolahDasar.Net | Jumat, 06 Februari 2015)

BulletinSeleb



Ingin Punya Enam Anak, Usai Menikah Nina Zatulini Langsung Bulan Madu ke Australia



JAKARTA - Pasangan Nina Zatulini dan Chandra Tauphan Anshar saat ini tengah menikmati masa-masa menjadi pasangan suami-istri.
Keduanya resmi terikat tali pernikahan pada Jumat (22/1/2016) kemarin.
Usai menggelar proses akad dan resepsi pernikahan, mereka berdua akan langsung terbang ke Australia dan Eropa untuk menikmati bulan madu bersama.
"Kalau bulan madu rencananya kita ke Australia. Soalnya saya pengen selesain dulu kuliah juga di sana," ujar Chandra, ketika ditemui dalam resepsi pernikahnnya, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (23/1/2016).
"Setelah itu wisuda, mau sekalian ngurusin itu. Abis itu ke Eropa," sambung pria yang mengenakan jas putih, bow tie dan celana bahan warna hitam.
Sementara untuk momongan, mereka berdua berencana tidak akan menunda hal tersebut.
Pasangan ini bahkan telah memikirkan berapa anak yang ingin diperoleh.
"Kalau momongan ya, sedikasihnya aja. tiga atau enam anak juga boleh. Intinya kita nggak tunda-tunda," katanya. http://www.tribunnews.com/

BulletinSeleb


Nina Zatulini dan Suami Berkomitmen Tidak Saling Membatasi
JAKARTA - Setelah resmi menjadi pasangan suami-istri, tentu artis Nina Zatulini harus patuh dan ikut bersama Chandra Tauphan Anshar.
Untuk tempat tinggal, setelah Chandra menyelesaikan pendidikannya di Australia, Nina akan diboyong ke kampung halaman pengusaha asal Makasar tersebut.
"Itu sudah dipikirin ya. Konsekuensi istri kalau sudah nikah memang ikut suami," ujar Nina, ketika ditemui dalam resepsi pernikahnnya, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (23/1/2016).
"Tapi kalau dari dia sih nggak ada larangan, aku juga tahu diri. Sementara ini kalau emang dia lagi ada apa ya,aku harus menemani," sambungnya.
"Rumah sudah disiapkan dong. Pasti bolak balik juga sih, kan tinggal di Makasar. Apalagi mertua kan di sini," timpal Chandra.
Sementara itu, untuk karirnya di dunia hiburan, pemeran film 'Aku, Kau dan KUA' itu mengatakan saat ini telah mengajukan cuti untuk berbulan madu dan ikut sang suami menyelesaikan pendidikannya d Australia.
"Dari kemarin kan memang sudah cuti sebenarnya. Jadi mau nggak mau, ikut dia dulu sih," tutur wanita yang mengenakan gaun putih panjang bertabur swarovski dan aksesoris mahkota di atas kepalanya.
Chandra mengaku, dirinya juga tidak membatasi sang istri untuk tetap berkarir di dunia hiburan, selama tugas dan tanggungjawab Nina sebagai istri dijalankan.
"Dia akan menjadi istri yang baik. Dari kemarin kan sudan komitmen tidak saling membatasi. Tapi dia sudah nggak bisa kayak dulu, 24 jam. Pastinya dia urus suami dan anaknya," tandas pria berambut hitam klimis tersebut. http://www.tribunnews.com