Kamis, 03 April 2014

RUBRIK KITA




PERPUSTAKAANKU YANG TERBAIK
( Cikal Adelaide. V.A )
Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya bagi siswa. Perpustakaan merupakan jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi penting bagi terbukanya akses informasi, serta menyediakan data yang akurat bagi proses pengambilan sumber-sumber refe-rensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca. Oleh sebab itulah perpustakaan sekolah hendaknya didesain sedemikian rupa supaya siswa lebih senang berada di sana. Perpustakaan harus mampu memenuhi dahaga para siswa yang haus akan ilmu pengetahuan dengan empat cara.
Pertama, menambah sarana dan prasarana perpustakaan, seperti adanya fasilitas dan jaringan internet seperti wi-fi, memperbanyak ruang diskusi, dan memperbaiki ruang bacaan. Jika hal ini di wujudkan tentu akan menarik perhatian para siswa untuk berkunjung ke perpustakaan.
Kedua, memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan bersahabat. Hal ini sangat penting mengingat para pengunjung adalah siswa yang berpendidikan. Jadi jika ada pelayanan dari petugas yang kurang baik dan kurang memuaskan tentu mereka akan protes dan kurang nyaman dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.

Ketiga, tersedianya koleksi buku yang memadai. Koleksi bahan bacaan (buku atau literatur) merupakan komponen yang paling penting bagi perpustakaan. Koleksi yang harus dimiliki oleh perpustakaan minimal adalah, buku wajib bagi setiap bidang studi yang diajarkan dan jumlahnya harus memadai.
Keempat, menciptakan iklim membaca di sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif akan mendorong siswa untuk rajin ke perpustakaan. Hal itu bisa dilakukan, misalnya dengan cara guru memberikan tugas membaca bagi siswanya.
 Jika perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dan menyediakan berbagai literatur yang dibutuhkan, maka siswa akan banyak mendatangi perpustakaan. Lingkungan yang demikian memang tidak bisa diciptakan sendiri oleh perpustakaan, melainkan harus bekerja sama dengan seluruh warga sekolah.
Seperti halnya perpustakaan SDN Pondok Labu 07 Pagi yang bernama GRAHA PUSTAKA dan berdiri sejak tahun 2009 di bulan Januari. Yang mendirikan GRAHA PUSTAKA ini adalah Bapak Yayat Suryatman. Lalu buku-buku yang ada di GRAHA PUSTAKA berasal dari sumbangan siswa, dan juga dari uang kas perpustakaan, uang kas perpustakaan tersebut berasal dari denda-denda siswa yang terlambat mengembalikan buku atau buku yang di pinjam telah Hilang. Sikap murid-murid SDN Pondok Labu 07 Pagi Jika sedang membaca di dalam atau di luar GRAHA PUSTAKA, sebagiannya adalah tertib dan sebagiannya pula hanyalah main-main.
Kelas yang sering membaca adalah Kelas 1 sampai kelas 6, tetapi yang paling suka dan sering membaca adalah kelas 5. Lalu hampir setiap hari GRAHA PUSTAKA ini Ramai atau banyak pengunjungnya. Jika murid-murid SDN Pondok Labu 07 Pagi ingin membaca, bisa di dalam ruangan dan juga bisa di depan atau di halaman GRAHA PUSTAKA tersebut.
Di setiap perpustakaan sekolah ada peraturannya, sama seperti SDN Pondok Labu 07 Pagi yang perpustakaannya memiliki peraturan  yaitu, Jika ingin meminjam buku atau pun membaca, murid harus mencatat nama, kelas, tanggal, dan tanda tangan di sebuah buku, setelah itu cari buku yang ingin di baca atau di pinjam di raknya, dan jika ingin meminjam buku hanya pergi ke Pustakawan, lalu Pustakawan mencatat apa buku yang ingin di pinjam pada murid, dan tidak lupa mencatat tanggal mengembalikannya, jika lewat dari tanggal mengembalikannya, murid yang meminjam buku itu akan dikenakan denda dan jika buku itu hilang murid itu harus mengganti bukunya atau membayar sesuai dengan harga buku itu dibeli.
GRAHA PUSTAKA pernah mendapatkan juara yaitu,  juara 1 tingkat kota ditahun 2011, dan juara 1 tingkat provinsi ditahun 2012. Harapan Pustakawan SDN Pondok Labu 07 Pagi, Ibu Indah adalah, Semoga koleksi buku-bukunya banyak, pengunjungnya bertambah, yang ingin meminjam buku juga bertambah dan pengunjungnya harus tertib dan tidak ramai.
Jadi kita tidak hanya membaca, tetapi juga tahu apa inti dari buku yang kita baca tersebut.

CERITA PENDEK



( Indah Qonitah Kls. V.A )

NENEK PERAJUT DAN GADIS KECIL


Seorang gadis kecil berlari di antara rerimbunan pohon bambu. Dia tidak mengetahui arah untuk kembali ke rumahnya. Dia terus berlari, walau kakinya sudah tergores rumpun bambu. Darah mengalir dari pergelangan kakinya. Gadis kecil itu tersandung batu, dia jatuh dan mulai menangis. Lalu terdengar seseorang mendekatinya.
“Jangan sakiti aku!” kata si gadis kecil sambil bergetar ketakutan. Ternyata, seorang nenek mengulurkan tangannya untuk membantu si gadis berdiri. Gadis itu menyambut tangan si nenek dan mulai berdiri.
“Dimana dirimu tinggal, gadis kecil?” tanya nenek itu. “Aku tinggal di desa seberang. Sekolahku mengadakan kunjungan ke rumah kepala sekolah, tidak jauh dari hutan ini, tapi aku terpisah dari rombongan saat rombongan akan kembali ke sekolah.” jawab gadis kecil. “Ikutlah denganku ke rumahku. Aku akan membuatkanmu teh hangat dan mengobati lukamu.
Si gadis kecil kembali ketakutan, “Aku tidak mau!” jerit gadis itu dan mulai menjauh. Nenek itu tidak mengejarnya, hanya berseru, “Ingat, gadis kecil! Disini banyak binatang buas. Ketika malam, banyak pemburu yang berkeliaran. Mungkin mereka akan menangkapmu. Ikutlah bersamaku. Aku tidak akan menyakitimu gadis kecil.” seru sang nenek.
Gadis itu mulai mendekati si Nenek, lalu mengikuti kemanapun si Nenek melangkah. Langit mulai mendung, saat Nenek itu membuka pintu rumahnya. Gadis kecil masuk. Rumah nenek itu kecil, tetapi cukup rapi dan menyenangkan. Hanya ada dua ruangan, kamar tidur dan kamar mandi.
“Duduklah disini. Aku akan ke dapur untuk menyiapkan teh hangat.” nenek itu menepuk-nepuk sebuah sofa merah marun yang terletak di tengah ruangan, lalu pergi. Gadis kecil itu duduk di sofa, sambil memainkan jarinya sembari menunggu si Nenek kembali.Lalu, nenek itu keluar dari balik tirai yang memisahkan antara ruang tengah dan dapur.
Nenek itu duduk di sebelahnya, menghidangkan cangkir berisi teh untuk si Gadis Kecil, lalu mengeluarkan alat rajut dari keranjang yang sedari tadi dia bawa. Gadis Kecil itu meminum tehnya, lalu memandang si Nenek. “Maaf, tadi Anda bilang ingin mengobati lukaku.”
Lalu nenek itu tersentak, “Oh, ya! Nenek lupa!” lalu dia meletakkan alat rajutnya dengan hati-hati. Dia berlari ke dalam kamarnya, keluar dengan membawa sekotak alat pertolongan pertama. Si Nenek membuka kotak itu, mengeluarkan obat merah dan perban. “Tahan, ya.” kata Nenek itu, meneteskan obat merah ke luka di pergelangan kaki si Gadis Kecil. Lalu membalut perban ke pergelangan kakinya.
“Malam ini kau bisa tinggal di rumahku. Aku akan menyiapkan tempat tidur untukmu.” kata si Nenek. “Besok, kau bisa menemaniku pergi ke pasar, untuk menjual hasil rajutanku,” kata si Nenek.
Gadis Kecil mengulurkan tangannya, “Aku Dorothy. Siapa nama Nenek?” tanya si Gadis Kecil. “Tapi, jika Nenek memilih memanggilku dengan sebutan ‘Si Gadis Kecil’, itu juga cukup lumayan.” kata Jane.
 “Nama yang indah .... Namaku Trunchbull.” kata si nenek. “Kau bisa memanggilku Miss Trunch.” katanya.
Si Gadis Kecil mengangguk-angguk. Esoknya, jam 6 pagi, mereka sudah bersiap untuk pergi ke pasar. Mereka terus berjalan, berjalan, dan terus berjalan, dan sampai di pasar saat matahari sudah tinggi.
“Nek, bolehkah aku memanggilmu ‘Nenek Perajut’?” tanya si Gadis Kecil. “Tentu saja. Itu julukan yang tepat!” kata si Nenek. Mereka pulang saat matahari sudah condong ke Barat. Si Gadis Kecil membantu membersihkan rumah, memasak, dan menghidangkan makan malam.
“Ayam ini lezat.” komentar Gadis Kecil dengan tulus. Nenek Perajut hanya tertawa. Esok pagi, pintu rumah si Nenek Perajut diketuk. Si Gadis Kecil membukanya, lalu terlihatlah Miss Jane, gurunya, yang tersenyum. Di belakangnya, terlihat teman-temannya.
“Miss Jane!” si Gadis Kecil memeluk Miss Jane. Si Nenek Perajut tersenyum, si Gadis Kecil memeluknya. “Aku harus pergi.” kata si Gadis Kecil. Nenek Perajut tersenyum, mengangguk-angguk, lalu melambaikan tangan saat si Gadis Kecil mulai pergi.
Semenjak itulah, si Gadis Kecil selalu mengunjungi rumah Nenek Perajut.