Kamis, 03 April 2014

CERITA PENDEK



( Indah Qonitah Kls. V.A )

NENEK PERAJUT DAN GADIS KECIL


Seorang gadis kecil berlari di antara rerimbunan pohon bambu. Dia tidak mengetahui arah untuk kembali ke rumahnya. Dia terus berlari, walau kakinya sudah tergores rumpun bambu. Darah mengalir dari pergelangan kakinya. Gadis kecil itu tersandung batu, dia jatuh dan mulai menangis. Lalu terdengar seseorang mendekatinya.
“Jangan sakiti aku!” kata si gadis kecil sambil bergetar ketakutan. Ternyata, seorang nenek mengulurkan tangannya untuk membantu si gadis berdiri. Gadis itu menyambut tangan si nenek dan mulai berdiri.
“Dimana dirimu tinggal, gadis kecil?” tanya nenek itu. “Aku tinggal di desa seberang. Sekolahku mengadakan kunjungan ke rumah kepala sekolah, tidak jauh dari hutan ini, tapi aku terpisah dari rombongan saat rombongan akan kembali ke sekolah.” jawab gadis kecil. “Ikutlah denganku ke rumahku. Aku akan membuatkanmu teh hangat dan mengobati lukamu.
Si gadis kecil kembali ketakutan, “Aku tidak mau!” jerit gadis itu dan mulai menjauh. Nenek itu tidak mengejarnya, hanya berseru, “Ingat, gadis kecil! Disini banyak binatang buas. Ketika malam, banyak pemburu yang berkeliaran. Mungkin mereka akan menangkapmu. Ikutlah bersamaku. Aku tidak akan menyakitimu gadis kecil.” seru sang nenek.
Gadis itu mulai mendekati si Nenek, lalu mengikuti kemanapun si Nenek melangkah. Langit mulai mendung, saat Nenek itu membuka pintu rumahnya. Gadis kecil masuk. Rumah nenek itu kecil, tetapi cukup rapi dan menyenangkan. Hanya ada dua ruangan, kamar tidur dan kamar mandi.
“Duduklah disini. Aku akan ke dapur untuk menyiapkan teh hangat.” nenek itu menepuk-nepuk sebuah sofa merah marun yang terletak di tengah ruangan, lalu pergi. Gadis kecil itu duduk di sofa, sambil memainkan jarinya sembari menunggu si Nenek kembali.Lalu, nenek itu keluar dari balik tirai yang memisahkan antara ruang tengah dan dapur.
Nenek itu duduk di sebelahnya, menghidangkan cangkir berisi teh untuk si Gadis Kecil, lalu mengeluarkan alat rajut dari keranjang yang sedari tadi dia bawa. Gadis Kecil itu meminum tehnya, lalu memandang si Nenek. “Maaf, tadi Anda bilang ingin mengobati lukaku.”
Lalu nenek itu tersentak, “Oh, ya! Nenek lupa!” lalu dia meletakkan alat rajutnya dengan hati-hati. Dia berlari ke dalam kamarnya, keluar dengan membawa sekotak alat pertolongan pertama. Si Nenek membuka kotak itu, mengeluarkan obat merah dan perban. “Tahan, ya.” kata Nenek itu, meneteskan obat merah ke luka di pergelangan kaki si Gadis Kecil. Lalu membalut perban ke pergelangan kakinya.
“Malam ini kau bisa tinggal di rumahku. Aku akan menyiapkan tempat tidur untukmu.” kata si Nenek. “Besok, kau bisa menemaniku pergi ke pasar, untuk menjual hasil rajutanku,” kata si Nenek.
Gadis Kecil mengulurkan tangannya, “Aku Dorothy. Siapa nama Nenek?” tanya si Gadis Kecil. “Tapi, jika Nenek memilih memanggilku dengan sebutan ‘Si Gadis Kecil’, itu juga cukup lumayan.” kata Jane.
 “Nama yang indah .... Namaku Trunchbull.” kata si nenek. “Kau bisa memanggilku Miss Trunch.” katanya.
Si Gadis Kecil mengangguk-angguk. Esoknya, jam 6 pagi, mereka sudah bersiap untuk pergi ke pasar. Mereka terus berjalan, berjalan, dan terus berjalan, dan sampai di pasar saat matahari sudah tinggi.
“Nek, bolehkah aku memanggilmu ‘Nenek Perajut’?” tanya si Gadis Kecil. “Tentu saja. Itu julukan yang tepat!” kata si Nenek. Mereka pulang saat matahari sudah condong ke Barat. Si Gadis Kecil membantu membersihkan rumah, memasak, dan menghidangkan makan malam.
“Ayam ini lezat.” komentar Gadis Kecil dengan tulus. Nenek Perajut hanya tertawa. Esok pagi, pintu rumah si Nenek Perajut diketuk. Si Gadis Kecil membukanya, lalu terlihatlah Miss Jane, gurunya, yang tersenyum. Di belakangnya, terlihat teman-temannya.
“Miss Jane!” si Gadis Kecil memeluk Miss Jane. Si Nenek Perajut tersenyum, si Gadis Kecil memeluknya. “Aku harus pergi.” kata si Gadis Kecil. Nenek Perajut tersenyum, mengangguk-angguk, lalu melambaikan tangan saat si Gadis Kecil mulai pergi.
Semenjak itulah, si Gadis Kecil selalu mengunjungi rumah Nenek Perajut. 

 

Tidak ada komentar: